Tiga orang dibekuk karena merampok. Dalam pemeriksaan lanjutan,
ketiganya menyatakan senjata api yang dipakainya didapatkan dengan cara
menyewa. Seperti apa dan bagaimana 'bisnis' ilegal itu dilakukan?
Kapolresta
Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar melalui Kanit Reskrim Polsek Senapelan
Ipda Syahrizal mengungkapkan Jub, Zul, dan Es ditangkap pekan lalu.
Mereka bukan saja tersangka perampokan, tapi juga terlibat dalam sewa
senjata api yang mempunyai jaringan lintas provinsi.
"Sesama mereka saling sewa senjata," kata Syahrizal kepada detikcom, Selasa (17/9/2013).
Jub
adalah pengangguran asal Pekanbaru. Dia direkrut Es, warga Surabaya.
Sedangkan senjata pistol rakitan yang dipakainya adalah milik Zul, warga
Palembang.
"Antara Es dan Zul sudah saling kenal lama. Padahal
mereka berasal dari dua daerah yang berbeda. Inilah bukti jika mereka
merupakan sindikat lintas Jawa dan Sumatera," tambah Syahrizal.
Jub,
Zul, dan Es mengaku menyewa senjata dari seseorang asal Palembang.
Sindikat ini menggunakan sistem bagi hasil. Jika perampokan berhasil,
maka hasilnya dibagi kepada pemilik senjata. Jika pemilik senjata ikut
dalam aksi perampokan, maka pemilik senjata hasilnya akan lebih banyak
lagi. Karena hitungannya selain ikut dalam aksi, hitungan satu senjata
jatahnya sama untuk satu orang.
Sewa-menyewa senpi ini memiliki
implikasi sadis. Bila ada pihak penyewa ingkar janji dan berbohong soal
hasil rampokan, maka nyawa taruhannya. Pemain lama atau residivis
cenderung lebih jujur dibanding pelaku pemula.
"Kalau ketahuan ingkar janji atau bohong, bisa dibunuh," jelas Syahrizal.
Di
hadapan polisi, Zul dan Es berencana membunuh Jub. Keduanya menilai Jub
ingkar janji sebab usai merampas motor pada Ramadan lalu, ia
menghilang.
"Hanya saja sebelum Jub dieksekusi, tim kita lebih
awal membekuknya," pungkasnya sambil menyebutkan Jub, Zul, dan Es masih
diperiksa untuk pengembangan kasusnya.
No comments:
Post a Comment